buat orang tua yang harus super sabar menghadapi ujian ini!!!
Selain bermasalah dalam hal pemusatan perhatian atau tak mampu
berinteraksi dengan orang lain, baru-baru ini sebuah studi mengungkap
bahwa anak autis juga berisiko lebih tinggi untuk melakukan tindakan
bunuh diri dibandingkan anak yang tidak terkena autisme.
Tim
peneliti mengamati data 1.000 anak: 791 orang di antaranya mengalami
gangguan spektrum autisme, 186 anak tidak menyandang autisme sedangkan
35 anak tidak autis tapi menderita depresi. Orang tua partisipan juga
diminta memberikan rating secara numerik untuk menggambarkan seberapa
sering anak-anak mereka mengungkapkan keinginannya untuk bunuh diri atau
melakukan percobaan bunuh diri.
Hasilnya, anak autis 28 kali
lebih sering menunjukkan keinginannya untuk bunuh diri atau melakukan
percobaan bunuh diri dibandingkan anak yang tidak mengidap autisme.
Kendati begitu anak penderita depresi tiga kali lebih sering dikatakan
menerima 'tuduhan' ingin bunuh diri atau mencoba bunuh diri dibanding
anak autis.
Risiko tertingginya ditemukan peneliti pada anak
autis yang berkulit hitam atau Latin dengan usia sedikitnya 10 tahun,
laki-laki atau berasal dari keluarga dengan pendapatan rendah.
"Faktor-faktor ini bisa jadi bagian terpenting dalam studi," ungkap
peneliti Angela Gorman, asisten profesor psikiatri anak dari Penn State
College of Medicine, AS.
Nyatanya, 71 persen partisipan yang
memiliki keempat karakter di atas terbukti sering mengungkapkan
keinginannya untuk bunuh diri atau melakukan percobaan bunuh diri.
Bahkan semakin banyak faktor yang diperlihatkan seorang anak maka
kecenderungannya untuk bunuh diri juga meningkat.
Selain itu,
peneliti menemukan bahwa diantara partisipan autis dalam studi ini,
keinginan untuk bunuh diri dua kali lebih sering diungkapkan anak
laki-laki, meski selama studi peneliti tidak menemukan adanya perbedaan
antara anak laki-laki atau perempuan autis yang mencoba bunuh diri.
Lalu
apa yang melatarbelakangi kondisi ini? Depresi dan perilaku bermasalah
diklaim erat kaitannya dengan keinginan dan percobaan bunuh diri pada
partisipan, terutama yang mendapatkan olok-olokan dari teman atau bahkan
mengalami bullying.
"Dari anak-anak yang mendapatkan perlakuan
tersebut, hampir separuh dari mereka mengaku pernah melakukan percobaan
bunuh diri," tandas Gorman seperti dilansir myhealthnewsdaily, Jumat (15/3/2013).
Bahkan
depresi dianggap sebagai alat prediksi tunggal paling kuat dari
keinginan dan upaya percobaan bunuh diri yang dilakukan anak-anak autis.
Sedangkan pada anak autis yang orang tuanya menganggap mereka depresi,
77 persen diantaranya dilaporkan pernah ingin atau mencoba bunuh diri.
Tapi
lain halnya dengan anak autis yang tidak mengalami gangguan mood atau
memiliki perilaku bermasalah karena mereka tidak pernah berkeinginan
atau mencoba melakukan bunuh diri.
Untuk itu, Gorman mendorong
agar orang tua para penyandang autisme mengawasi perilaku dan emosi
normal yang diperlihatkan anaknya. Hal ini diperlukan agar orangtua
dapat mengantisipasi jika sewaktu-waktu anak mengalami perubahan
perilaku. Orang tua juga didorong untuk membantu mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dan bersosialisasi anak autis sejak dini.
http://health.detik.com/read/2013/03/15/120034/2194937/1301/waspada-anak-autis-paling-rentan-bunuh-diri?880004755
Tidak ada komentar:
Posting Komentar